Jumat, 30 Maret 2012

Sejarah Kota Balikpapan


balikpapan

Nama Balikpapan kurang jelas kapan berasal dan apa makna nama itu. Menilik susunan katanya dapat dimasukkan ke dalam asal kata bahasa Melayu. Menurut buku karya F. Valenijn pada tahun 1724, menyebut suatu daerah di hulu sebuah sungai di sebuah Teluk sekitar tiga mil dari pantai, desa itu bernama BILIPAPAN. Lepas dari persoalan ucapan maupun pendengaran, jelas bahwa nama tersebut dikaitkan dengan sebuah komunitas pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan nama Teluk Balikpapan.
Terdapat beberapa versi terkait dengan asal-usul nama Balikpapan :
1. Versi Pertama ( Sumber : Buku 90 Tahun Kota Balikpapan yang mengutip buku karya F. Valenijn tahun 1724 )
Menurut legenda asal nama Balikpapan adalah karena sebuah kejadian yang terjadi pada tahun 1739, sewaktu dibawah Pemerintahan Sultan Muhammad Idris dari Kerajaan Kutai, yang memerintahkan kepada pemukim-pemukim di sepanjang Teluk Balikpapan untuk menyumbang bahan bangunan guna pembangunan istana baru di Kutai lama. Sumbangan tersebut ditentukan berupa penyerahan sebanyak 1000 lembar papan yang diikat menjadi sebuah rakit yang dibawa ke Kutai Lama melalui sepanjang pantai. Setibanya di Kutai lama, ternyata ada 10 keping papan yang kurang (terlepas selama dalam perjalanan) dan hasil dari pencarian menemukan bahwa 10 keping papan tersebut terhanyut dan timbul disuatu tempat yang sekarang bernama “Jenebora”. Dari peristiwa inilah nama Balikpapan itu diberikan (dalam istilah bahasa Kutai “Baliklah – papan itu” atau papan yang kembali yang tidak mau ikut disumbangkan).
2. Versi Kedua ( Sumber : Legenda rakyat yang dimuat dalam buku 90 Tahun Kota Balikpapan )
Menurut legenda dari orang-orang suku Pasir Balik atau lazim disebut Suku Pasir Kuleng, maka secara turun menurun telah dihikayatkan tentang asal mula nama “Negeri Balikpapan”. Orang-orang suku Pasir Balik yang bermukim di sepanjang pantai teluk Balikpapan adalah berasal dari keturunan kakek dan nenek yang bernama ” KAYUN KULENG dan PAPAN AYUN “. Oleh keturunannya kampung nelayan yang terletak di Teluk Balikpapan itu diberi nama “KULENG – PAPAN” atau artinya “BALIK – PAPAN” (Dalam bahasa Pasir, Kuleng artinya Balik dan Papan artinya Papan) dan diperkirakan nama negeri Balikpapan itu adalah sekitar tahun 1527.
Berikut ini ada Legenda Kota Balikpapan
Tersebutlah 4 orang kakak beradik sekandung yang datang dari Lautan untuk bertapa di sebuah bukit (Balikpapan). Selama masa pertapaan tersebut, jadilah 3 orang diantara mereka sebagai ular naga yang sangat besar dan melingkari seluruh daratan kota Balikpapan yang berbukit-bukit. Badan ular naga tersebut meliuk-liuk mengikuti kontur tanah kota Balikpapan. Mereka bertapa dalam tempo tertentu yang di ketahui oleh mereka sendiri untuk membentuk dan menjaga keharmonisan bukit-bukit tersebut. Selesainya waktu pertapaan dan masa untuk meninggalkan bukit tersebut di tandai dengan hujan yang sangat deras. Satu persatu dari mereka akan pergi apabila hujan yang sangat deras menyelimuti bukit-bukit.
Orang-orang tua terdahulu dan yang masih mempercayai cerita tersebut, sangat khawatir apabila hujan turun tiada henti dengan jumlah curah hujan yang besar. Adapun ular naga pertama keluar pada kira-kira tahun 1978 dimana saat itu terjadi banjir dan tanah longsor yang mengkawatirkan seluruh penduduk dan merugikan jiwa dan harta. Menurut cerita orang, jalan yang di tuju saat itu adalah lautan melewati sekitar pasar baru. Yang mana setelah hujan reda dan banjir kering, tanah di jalanan tersebut berbentuk seperti ular naga.
Kira-kira pada tahun 1985, terjadi lagi hujan dengan petir dan mengakibatkan banjir serta tanah longsor yang sangat meresahkan. Terjadi di sekitar bukit perumahan pertamina. Yang mengkibatkan pecahnya saluran besar pembuangan air pertamina dan menimpa perumahan penduduk kampung yang ada di bawahnya dan juga merugikan jiwa dan harta. Setelah hujan reda dan masyarakat mulai berbenah, ditemukan di jalan tersebut, bentuk meliuk seperti jalan ular menembus pagar kawat dan memperlihatkan bahwa kawat tersebut berlubang menuju arah lautan.
Seekor naga masih tetap bertapa sampai dengan saat ini, dan ini adalah naga terbesar dari ketiganya. Apabila ada hujan yang lebat dan tiada henti, mungkin saat itulah naga terbesar kembali kelautan. Sedangkan seorang lagi, berubah menjadi manusia. Yang dalam jangka waktu pertapaannya tersebut, ia berdiri tegak seperti pohon yang memiliki akar, daun dan ranting.
Dari kejauhan di lautan, pelaut tersesat, sering melihat titik merah seperti api yang memandang lautan, yang mana konon itu adalah mata sang naga. Adapun mengapa naga tersebut keluar dari bukit adalah karena telah tidak senang dengan keadaan kehidupan di bukit-bukit tersebut dan versi lain menyebutkan bahwa telah selesai masa pertapaannya dan ia kembali ke laut untuk berpasangan.

sumber : wisatakaltim